PERILAKU KOMUNIKASI ETNIS TIONGHOA PERANAKAN DALAM BISNIS KELUARGA (Studi Fenomenologi mengenai Perilaku Komunikasi Etnis Tionghoa Peranakan dalam Bisnis Keluarga di Jakarta)

04.33





REVIEW JURNAL
Dalam rangka pelaksanaan tugas softskill Komunikasi Bisnis maka kami melakukan review pada jurnal berikut :

Judul :

PERILAKU KOMUNIKASI ETNIS TIONGHOA PERANAKAN DALAM BISNIS KELUARGA ( Studi Fenomenologi mengenai Perilaku Komunikasi Etnis Tionghoa Peranakan dalam Bisnis Keluarga di Jakarta )

Jurnal : 

Komunikasi Bisnis


Download : 


Vol. IX. No. 2 / Hal 105-118


Tahun : 

2015


Penulis :

Firda Firdaus Abdi, Hanny Hafiar, Evi Novianti


Reviewer : 

Aditya Januardi (10214305)


Al Hapis (10214717)


Aris Rahman (11214626)


Muhamad Mafud (16214977)


Tanggal : September 2015


Abstrak
 
Jurnal yang berjudul “PERILAKU KOMUNIKASI ETNIS TIONGHOA PERANAKAN DALAM BISNIS KELUARGA (Studi Fenomenologi mengenai Perilaku Komunikasi Etnis Tionghoa Peranakan dalam Bisnis Keluarga di Jakarta) ” ini menjelaskan tentang bagaimana cara komunikasi perilaku yang dilakukan oleh peranakan Tionghoa yang menjalankan bisnis keluarga mereka dengan baik.

Abstrak yang disajikan penulis hanya menggunakan satu Bahasa yaitu Bahasa inggris (Bahasa Internasional). Secara keseluruhan isi dari abstrak ini langsung menuju ke topic bahasan yang dibahas dalam jurnal ini, yang menurut saya pembaca menjadi mudah memahami jurnal ini.



Pendahuluan  

Dalam paragraf pertama, penulis menjelaskan dan menceritakan tentang proses terjadinya Kelompok Masyarakat Peranakan Tionghoa. “Disebut peranakan karena setelah mereka menetap selama beberapa waktu, mereka akhirnya menikah dengan perempuan pribumi. Dan ketika mereka memiliki keturunan maka mereka disebut sebagai Tionghoa Peranakan. Kebanyakan Peranakan adalah dari keturunan orang Hoklo (Hokkien), meskipun sejumlah yang cukup besar adalah dari keturunan orang Tiociu atau orang Kanton. Peranakan sendiri adalah keturunan ras campuran, sebagian Tionghoa, sebagian Pribumi Nusantara (Indonesia/Melayu)”.
Paragraf selanjutnya, penulis menjelaskan mengenai masalah yang sering di alami oleh masyarakat Peranakan Tionghoa dalam komunikasi adalah kesalahan dalam persepsi sosial yang disebabkan oleh perbedaan-perbedaan budaya dalam peresepsi. Dan penulis menjelaskan akibat dari masalah komunikasi tersebut. Selanjutnya penulis menjelaskan faktor historis yang menyebabkan masyarakat Peranakan Tionghoa berhasil dalam menjalankan bisnisnya.


Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif, Sedangkan pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian kualitatif ini adalah pendekatan fenomenologis. Melalui pendekatan fenomenologi, peneliti berharap dapat menggali pengalaman hidup etnis Tionghoa Peranakan dengan karakteristik sosial yang berbeda-beda berdasarkan proses interaksi yang terjadi diantara lingkungannya, serta ketika mereka menjalankan bisnis keluarga.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui wawancara mendalam, observasi, dan studi pustaka. Wawancara mendalam yang dilakukan secara semi-structured interview, dimana peneliti memiliki satu daftar pertanyaan atau topic spesifik yang akan dibahas yang sering disebut dengan “panduan wawan-cara” tetapi informant memiliki kebebasan untuk menjawab pertanyaan.
Hasil dan Pembahasan : Pada bagian pembahasan penulis menyususn pertanyaan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya yaitu sebagai berikut :
1.      Pertanyaan mengenai makna peranakan bagi etnis Tionghoa Peranakan.  Peneliti dapat mengkategorisasikan makna peranakan yang diartikan oleh para informant sebagai sesuatu yang afirmatif dan negatif.
2.      Pertanyaan kedua mengenai nilai apresiasi, yang dimaknai oleh informan karena informan merasa seiring dengan perubahan zaman, orang di seluruh dunia sudah lebih mengenal China sebagai negara adikuasa dan negara global.
3.      Pertanyaan mengenai nilai nasionalisme yang dimiliki oleh informant cukup tinggi dan mereka bangga akan hal itu. Para informant justru merasa mereka lebih memiliki rasa nasionalisme yang tinggi dibandingkan orang Indonesia asli.
4.      Pertanyaan mengenai nilai multikulturalisme yang terdapat pada diri informant, yang membuat mereka bangga dengan memiliki berbagai macam budaya sebagai latar belakang mereka.   

Selanjutnya penulis melakukan penelitian dengan mengacu pada teori fenomenologi yang memiliki prinsip dasar bahwa makna dari sesuatu terdiri atas potensi sesuatu tersebut pada hidup seseorang. Dengan kata lain, bagaimana seseorang memandang suatu objek, bergantung pada makna objek itu baginya. Hal ini dapat dikaitkan dengan makna peranakan yang dibentuk oleh para informant, yang diartikan berdasarkan pengalaman informant masingmasing dengan lingkungan sekitar mereka.

Dari hasil penelitian, menurut observasi peneliti dari pengalaman informant, peneliti menemukan berbagai stereotip gaya bisnis yang dilakukan oleh para informant yang terlibat dalam bisnis keluarganya. Dilihat dari gaya-gaya bisnis tersebut, terbukti bahwa bisnis keluarga yang dijalankan oleh etnis Tionghoa Peranakan sudah tidak sepenuhnya menganut nilai-nilai Tionghoa saja, namun sudah terdapat percampuran nilai-nilai dari budaya lainnya.


Simpulan  
Pada bagian kesimpulan, penulis membuktikan dan menjelaskan bahwa pengalaman komunikasi yang dialami para informan dengan masing-masing etnis yang memiliki latar belakang kebudayaan yang sangat bertolak belakang dipengaruhi oleh stereotip yang berada dalam masyarakat mengenai etnis Tionghoa dan etnis pribumi. Stereotip yang beredar dan dilekatkan menghadapkan mereka pada berbagai kesulitan dalam bersosialisasi dan berinteraksi selama hidupnya. Pengalaman dalam menghadapi beberbagai macam kesulitan tersebut akhirnya mempengaruhi cara informan bertindak lanjut, baik perilaku fleksibel, maupun kaku. 


Saran   
Sistematika penulisan telah tersusun dengan baik dan jelas mulai dari judul penelitian, nama penulis, abstrak, pendahuluan, kajian pustaka, metode, hasil dan pembahasan, kesimpulan, saran, dan daftar pustaka. Judul penelitian yang digunakan oleh penulis juga cukup jelas, akurat, tidak ambigu, dan menggambarkan apa yang akan diteliti.

Pada bagian abstrak menurut saya sudah baik, karena penulis mampu menggambarkan secara jelas mengenai masalah penelitian, hasil yang didapatkan serta mencantumkan kata kunci. Namun, kami sarankan sebaiknya Penulis perlu menambah literatur-literatur untuk  dijadikan bahan pembanding dalam melakukan penelitian karena dilihat dari daftar pustaka yang dicantumkan penulis tidak terdapat jurnal-jurnal penelitian terdahulu yang sejenis sebagai bahan pembanding. 

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images